Pedidikan di Indonesia tidak terlepas dari proses evaluasi yang digunakan untuk menilai kemampuan anak. Proses evaluasi yang terekam untuk anak usia dini sangat penting dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan motorik dan aktivitas fisik anak. Hasil evaluasi kemampuan motorik anak dapat dikembangkan untuk rekomendasi kebutuhan fisik anak dan mendukung proses tumbuh kembang anak, sehingga dengan adanya proses evaluasi menggunakan active motor card maka proses perkembangan anak usia dini akan terekam dengan baik.
Pentingnya aktivitas fisik sebagai salah satu wujud kesehatan yang utama bagi seluruh kalangan masyarakat telah diperkuat dengan adanya pedoman yang telah ditetapkan oleh WHO. Secara khusus, manfaat dari aktivitas fisik untuk anak dan remaja memiliki dampak yang signifikan pada sistem metabolisme (kebugaran cardiovascular, tenan darah, dan glukosa), kognitif (kinerja akademik, dan fungsi eksekutif) dan kesehatan mental (berkurangnya gejala depresi) dirangkum dan direkomendasikan bahwa anak membutuhkan setidaknya 60 menit perhari untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas yang sedang hingga tinggi disepanjang minggunya. (World Health Organization, 2010).
Diatur dalam kerangka dasar dan stuktur kurikulum 2013 mengenai pendidikan anak usia dini dan PERMENDIKBUD menjelaskan bahwa kegiatan anak usia dini harus meliputi gerak motorik yang mengembangkan motorik kasar dan halus pada anak.Adapun kebijakan dan mekanisme Ban PAUD dan PNF tahun 2021 mengenai perkembangan fisik dan motorik anak yang menjelaskan setidaknya di setiap sekolah ada guru yang mengerti kebutuhan dan memberikan kesempatan serta dukungan kepada anak untuk bergerak, berlatih motorik kasar dan halus, serta membiasakan menerapkan hidup sehat. Adanya ketersediaan tempat alat dan waktu yang dapat digunakan anak untuk berlatih kekuatan, kecakapan, kelenturan, koordinasi tubuhnya untuk mencapai kematangan kinestetik dan pembiasaan hidup sehat. Untuk mengetahui hal tersebut dibutuhkan tes agar dapat mengetahui aspek motorik dan fisik anak sebagai dasar pembelajaran yang akan dilakukan.
Secara kronologis, anak prasekolah adalah sekelompok anak yang berusia 0-8 tahun yang disepakati oleh UNESCO; Sementara itu, berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 2003, rentang untuk masa kanak-kanak adalah 0-6 tahun. Perbedaan usia antara UNESCO dan UU. RI nomor 20 tahun 2003 berkaitan dengan sistem pendidikan nasional yang merupakan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan prinsip tumbuh kembang anak, dimana usia 6-8 tahun merupakan masa peralihan dari anak tanggungan menjadi anak mandiri, baik fisik, mental maupun sosial. , emosional dan intelektual. Alhasil, UNESCO telah menetapkan bahwa usia anak mulai dari usia delapan tahun tetap dalam Jalur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Dalam olahraga prasekolah, tujuan yang harus dicapai anak adalah untuk dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya keterampilan dan kemampuan yang telah dilatihkan dalam kompetisi. Upaya terbesar adalah mengembangkan kepribadian yang menghargai diri sendiri, bukan untuk memenangkan permainan. Tujuan olahraga anak adalah untuk mengenalkan pengalaman berolahraga, meningkatkan keterampilan fisik, meningkatkan kerja sama tim dan membangun kepercayaan diri. Selama tahap ini, yang dibutuhkan anak adalah kesenangan dari aktivitas fisik. Jadi, pada tahap ini, anak tidak perlu stres tentang aturan teknis atau kompetitif. Dalam proses mengenali aktivitas fisik, anak harus dipuji atau diberi hadiah atas usahanya, bukan berdasarkan hasil akhir tetapi pada bagaimana proses itu dilakukan. ' Perlu ditanamkan rasa 'sukses' tidak hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai peserta. Semakin tinggi kemampuan anak untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka semakin terampil anak tersebut.
Aktifitas fisik (physical activity) merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi, aktivitas fisik memiliki beberapa macam intensitas sesuai dengan tipe pembagian atau penggolongan geraknya. Aktivitas fisik melibatan proses biokimia dan biomekanika didalam tubuh. Aktivitas fisik pada anak-anak dan remaja saat ini menjadi perhatian di seluruh dunia. Hal tersebut dapat menjadi investasi publik yang strategis untuk menerapkan intervensi yang efektif guna meningkatkan keaktivan anak dalam melakukan aktivitas fisik yang diperlukan pada setiap fase gerak anak (Coppinger et al., 2020). Ada banyak cara bagi anak-anak dan remaja untuk terlibat dalam melakukan aktivitas fisik secara konsisiten, namun mereka kurang memiliki peluang untuk melakukan secara terus menerus.
Salah satu kemampuan pada anak dini yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan fisik atau motoriknya. Proses tumbuh kembang kemampuan motorik anak berhubungan dengan proses tumbuh kembang kemampuan gerak anak. Perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan fisik anak juga berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan aktivitas utama anak usia dini. Semakin kuat dan terampilnya gerak seorang anak, membuat anak senang bermain dan tak lelah untuk menggerakkan seluruh anggota tubuhnya saat bermain. Pergerakan anggota tubuh anak saat bermain mempunyai banyak manfaat untuk pertumbuhan aspek-aspek kemampuan anak lainnya seperti aspek perkembangan kognitif dan aspek perkembangan sosial emosional anak.